welcome in my blog keep enjoy
TRANSLATOR
EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch RussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified

Selasa, 16 Maret 2010

pemanfaatan alam untuk pengobatan

A. Mengembangkan Tumbuhan Obat sebagai Feed Supplement untuk Menurunkan Akumulasi Lemak dan Memperbaiki Performans dan Kualitas pada Ayam.
A.1. Katuk
Kandidat telah mengembangkan daun katuk sebagai feed supplement untuk broiler. Hasil penelitian Santoso dan Sartini (2001) menunjukkan bahwa tepung daun katuk (yang tua dan tidak dikonsumsi manusia) dapat diberikan kepada ayam broiler sebesar 3%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian tepung daun katuk meningkatkan efisiensi penggunaan ransum tanpa menurunkan berat badan. Selain itu, pemberian tepung daun katuk sebesar 3% tersebut mampu menurunkan akumulasi lemak pada ayam broiler. Penurunan lemak ini sangat menguntungkan bagi konsumen, karena mengkonsumsi daging berlemak tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit seperti stroke, tekanan darah tinggi, jantung koroner dll. Kandidat juga menemukan bahwa daun katuk tua mengandung kadar lemak kasar yang tinggi. Diketahui bahwa minyak yang berasal dari sayur-sayuran banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang berguna untuk menurunkan kadar lemak pada broiler.

Santoso et al. (2001) juga menemukan bahwa pemberian ekstrak daun katuk sebesar 4,5 g/l air minum meningkatkan efisiensi penggunaan ransum, cenderung meningkatkan berat badan, dan menurunkan akumulasi lemak pada broiler. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ekstrak tersebut menurunkan jumlah mikrobia patogen seperti Escherichia coli dan Salmonella sp. tetapi meningkatkan jumlah mikrobia yang menguntungkan yaitu Lactobacillus sp. dan Bacilus subtilis dalam kotorannya. Peningkatan jumlah mikrobia efektif dalam kotoran menyebabkan menurunkan produksi gas amonia. Selain itu, kandidat menemukan formula baru untuk menduga deposisi lemak. Pendugaan deposisi lemak tubuh dapat diduga dengan mengukur jumlah mikrobia tertentu dalam feses. Kelebihan formula ini dibandingkan dengan formula terdahulu adalah tidak perlu memotong ayam, mudah dan murah. Ekstrak daun katuk juga mampu meningkatkan warna kuning karkas dan shank. Hal ini disebabkan oleh kandungan b-karoten yang tinggi dalam ekstrak daun katuk. Pemberian ekstrak daun katuk juga meningkatkan rasa daging broiler. Hal ini disebabkan oleh antara lain tingginya kalium dalam ekstrak daun katuk (0,58%). Kalium diketahui merupakan senyawa aktif utama untuk rasa pada daging ayam. Selain itu, metilpiroglutamat – merupakan salah satu senyawa utama dalam daun katuk – kemungkinan dikonversikan menjadi asam amino dalam saluran pencernaan. Asam amino tertentu—terutama asam glutamat – merupakan senyawa aktif rasa pada daging ayam. Kandidat juga menemukan bahwa ekstrat daun katuk menurunkan kelainan kaki pada broiler. Hal ini disebabkan karena ekstrak daun katuk banyak mengandung kalsium (0,28%) dan fosfor (0,28%0. Ekstrak daun katuk juga tinggi kadar energinya yaitu 3700 kkal/kg dengan kadar protein 19,8%. Pemberian ekstrak tidak menimbulkan toksisitas.

Santoso (2000, 2001a) menemukan bahwa pemberian ekstrak daun katuk sebanyak 18 g/kg ransum meningkatkan efisiensi penggunaan ransum, cenderung meningkatkan berat badan, dan meningkatkan tingkat keuntungan yang diperoleh peternak. Santoso (2001b) juga menemukan bahwa pemberian ekstrak daun katuk sebesar 18 g/ransum menurunkan cooking loss, cacat dada, cacat paha, deposisi lemak. Selain itu juga, ekstrak ini mampu meningkatkan rasa dan menurunkan bau amis daging broiler. Fujimura et al. (1994) menunjukkan bahwa yang menentukan rasa daging unggas adalah ion K+, asam glutamat dan IMP. Santoso (2001c) juga menemukan bahwa pemberian ekstrak sebesar 18 g/kg ransum menekan jumlah Salmonella sp dan Escherichia coli pada daging broiler. Selanjutnya dinyatakan bahwa penggunaan ekstrak tidak menimbulkan tanda-tanda keracunan. Hasil penelitian Santoso et al. (2002) menunjukkan bahwa cara pemberian ekstrak daun katuk yang terbaik adalah melalui kombinasi ransum dan air minum, yaitu 4,5 g/kg ransum + 2,25 g/l air minum.

Penggunaan ekstrak daun katuk sebagai feed supplement pada ayam broiler telah diperkenalkan kepada peternak di pusat peternakan ayam broiler di Propinsi Bengkulu. Publikasi penggunaan daun katuk dan ekstraknya sebagai feed supplement pada broiler adalah yang pertama baik di Indonesia maupun di level internasional.

Kandidat juga meneliti pengaruh ekstrak daun katuk pada ayam petelur (Hibah Bersaing tahun 2002-2003). Hasil penelitian tahun 1 menunjukkan bahwa ekstrak daun katuk menurunkan akumulasi lemak pada perut, kadar kolesterol dan trigliserida dalam serum, kadar kolesterol telur (sebesar 40%), kadar nitrogen dalam feses, tetapi meningkatkan produksi telur. Ekstrak daun katuk tidak berpengaruh secara nyata terhadap kualitas telur. Ekstrak daun katuk mampu menurunkan jumlah Salmonella sp dalam feses dan kerabang telur, jumlah E. coli dan Staphylococcus sp dalam feses. Oleh karena diduga senyawa aktifnya adalah alkaloid, maka pada pebelitian tahun 2 diteliti pengaruh partisi alkaloid dari ekstrak daun katuk (sedang berjalan).



A.2. Eucommia ulmoides, Oliver (Tu-chung)

Pemberian tepung daun Tu-chung sebanyak 5% ke dalam ransum yang mengandung kolesterol rendah meningkatkan aktivitas enzim acetyl-CoA carboxylase tetapi menurunkan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA reductase tanpa berpengaruh terhadap aktivitas enzim fatty acid synthetase (Santoso et al., 2000b). Namun, penambahan tepung ini kepada ransum yang mengandung kolesterol tinggi tidak berpengaruh terhadap aktivitas ketiga enzim tersebut di atas. Penambahan tepung Tu-chung ke dalam ransum berkolesterol rendah meningkatkan kadar trigliserida hati, sementara penambahan ke dalam ransum berkadar kolesterol tinggi menurunkan kadar trigliserida dalam hati. Penambahan tepung ini ke dalam ransum berkolesterol tinggi menurunkan konsentrasi kolesterol ester, kolesterol bebas, fosfolipid dan trigliserida dalam serum. Penambahan tu-chung ke dalam ransum berkolesterol rendah menurunkan konsentrasi kolesterol dalam serum.. Penurunan trigliserida disebabkan sebagian oleh turunnya aktivitas acetyl-CoA carboxylase, sementara turunnya konsentrasi kolesterol disebabkan oleh turunnya aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA. Paper ini merupakan publikasi pertama di level internasional.


A.3. Keji beling

Kandidat menemukan bahwa ekstrak daun keji beling menurunkan deposisi lemak pada perut dan karkas (Santoso, 2000a). Ekstrak diperoleh dengan cara merebus 50 g daun keji beling dalam satu liter air, dan diperas. Hasil perasan kemudian ditambahkan air sampai volumenya satu liter, dan diberikan kepada broiler sebagai air minum. Wijayakusuma (1996) menyatakan bahwa daun keji beling mengandung flavonoid dan saponin. Telah diketahui bahwa flavonoid dan saponin mempunyai kemampuan menekan deposisi lemak.

Selain itu, pemberian ekstrak ini dapat mencegah terjadinya fatty liver syndrome pada ayam (Santoso, 2000a). Namun, pemberian ekstrak harus dibatasi karena dapat meningkatkan suhu tubuh dan menurunkan efisiensi penggunaan ransum. Dikarenakan kandungan kaliumnya tinggi, maka daun keji beling dapat digunakan untuk meningkatkan rasa daging ayam. Ekstrak ini meningkatkan berat hati dan rempelo tetapi menurunkan berat limfa.

Belum ada publikasi tentang pemberian daun keji beling sebagai feed supplement pada ayam broiler.



B. Mengembangkan Teknologi Pembatasan Pakan untuk Menurunkan Akumulasi

Lemak dan Memperbaiki Performans pada Broiler

Terdapat tekanan dari konsumen agar produsen menghasilkan daging rendah lemak, karena mengkonsumsi daging tinggi lemak akan menimbulkan kelainan-kelainan pada manusia (Jones and Farrell, 1992). Selain itu, karkas broiler mengandung lemak yang berlebihan pada bagian perut dan viseral. Lemak-lemak ini harus dibuang dan diproses kembali menjadi tepung limbah unggas yang mempunyai harga yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan karkas (Goodwin, 1979).

Pembatasan pakan di awal pertumbuhan telah terbukti memeperbaiki performans dan menurunkan akumulasi lemak pada broiler (Plavnik dan Hurwitz, 1985, 1988, 1989; Santoso et al., 1993a,b; Santoso et al., 1995a,b). Keberhasilan program ini bergantung pada strain (Santoso, 2000f), level dan lama pembatasan (Santoso, 1992, 2000b; Santoso et al., 1995b), tipe pakan yang diberikan selama periode refeeding (Santoso, 1995, 2001d,e,2002a,b; Santoso et al., 1995b), dan umur dimulainya program pembatasan (Santoso, 2002c,d). Program pembatasan dapat menurunkan hiperplasia sel lemak, sehingga membatasi pertumbuhan lemak. Santoso et al. (1993b, 1995a,b) menemukan bahwa pembatasan pakan di awal pertumbuhan menurunkan aktivitas enzim acetyl-CoA carboxylase activity di hati, suatu enzim pembatas pada sintesis asam lemak, namun tidak menurunkan aktivitas enzim fatty acid synthetase dalam hati. Hal ini mengakibatkan terbatasnya sintesis trigliserida dalam hati dan menyebabkan turunnya konsentrasi trigliserida dalam darah. Akibat selanjutnya adalah turunnya akumulasi lemak pada karkas dan bagian lainnya.

Pada kondisi pemeliharaan di farm, broiler dipelihara pada kondisi dicampur antara jantan dan betina. Broiler yang dipelihara dengan jenis kelamin yang terpisah mempunyai respon yang berbeda jika dibandingkan dengan yang dipelihara secara campur. Ini diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa broiler betina dan jantan merespon berbeda terhadap pembatasan pakan (e.g. Plavnik and Hurwitz, 1988; Santoso et al., 1993a,b). Sayangnya, kebanyakan penemuan yang dipublikasi menggunakan jenis kelamin terpisah, sehingga program pembatasan pakan ini belum bisa diterapkan di lapangan (farm). Berdasarkan pemikiran tersebut, maka kandidat mengembangkan program pembatasan pakan di awal pertumbuhan untuk memecahkan masalah tersebut di atas. Kandidat menemukan bahwa program ini dapat digunakan sebagai alat untuk memperbaiki produktivitas broiler dan untuk menurunkan akumulasi lemak pada broiler yang dipeliharan secara campur. (Santoso, 2001d). Jika broiler disembelih pada umur 42 hari, broiler harus diberi pakan sebanyak 75% ad libitum selama 6 hari untuk Arbor Acres (Santoso, 2002e). Mereka dapat diberi pakan sebanyak 25% ad libitum selama 6 hari untuk strain Ross I (Santoso, 2000f). Jika broiler disembelih pada umur 56 hari, broiler dapat diberi pakan sebanyak 25% ad libitum selama 6 hari yang dimulai umur 7 hari. Selanjutnya dinyatakan bahwa level dan lama pembatasan mempengaruhi terjadinya “catch-up growth” (suatu pertumbuhan cepat di atas normal) dan konsumsi ransum, tetapi tidak berpengaruh terhadap akumulasi lemak dan konversi ransum. Santoso (2002a,b) menemukan bahwa meal feeding merupakan metode yang terbaik dan termudah jika program ini diterapkan pada broiler campur. Kandidat juga menemukan bahwa pemberian kultur Bacillus subtilis setelah program pembatasan dapat memecahkan masalah rendahnya berat badan pada umur 42 hari dan dapat menurunkan akumulasi lemak (Santoso, 2002d). Program pembatasan ini telah diperkenalkan di pusat peternakan broiler di Propinsi Bengkulu dan menghasilkan berat badan yang lebih baik dan keuntungan yang lebih tinggi (Santoso et al., 1998). Kandidat juga menemukan bahwa pemberian ransum tinggi protein plus lemak selama refeeding mampu memecahkan masalah rendahnya berat badan pada umur 28 hari (Santoso, 2001e). Pemberian Bacillus subtilis sebanyak 1% selama refeeding menurunkan akumulasi lemak dengan berat badan yang lebih baik (Santoso, 2002d). Kandidat juga menemukan bahwa pemberian ransum berlemak tinggi selama refeeding mempengaruhi performans broiler dan akumulasi lemak (Santoso, 2002e).



C. Mengembangkan Sakura Block sebagai Feed Supplement pada Ternak Ruminansia.

Kandidat telah mengembangkan Sakura Block, suatu feed supplement untuk ruminansia. Sakura Block merupakan modifikasi Urea Molasses Multinutrient Block yang diproduksi oleh Batan. Sakura Block disusun oleh bahan-bahan lokal yang banyak tersedia seperti sagu, dedak, gula kelapa, kapur, premiks, ragi tape, ragi tempe, semen, urea, TSP, garam dapur. Gula kelapa atau gula aren merupakan pengganti molase. Selain itu, penerapan UMMB produksi Batan terbukti meningkatkan lemak bawah kulit. Oleh sebab itu, Sakura Block diformulasi untuk menekan deposisi lemak tersebut. Hasilnya, Sakura Block dapat menurunkan lemak bawah kulit (kadar lemak hanya 0,01%) dengan pertambahan berat badan 0,6 kg/hari pada sapi Bali. Sakura Block telah diperkenalkan dan diterapkan pada peternak binaan PT Agricinal, Bengkulu, dan telah diperkenalkan di pusat produksi sapi Bali di Bengkulu. Pemberian Sakura Block pada kambing kacang juga meningkatkan berat badan sebanyak 275% jika dibandingkan dengan yang tidak diberi Sakura Block (Santoso et al., 1999a). Kandidat bersama dengan koleganya telah mengembangkan Sakura Block untuk sapi Bali laktasi dan untuk sapi perah yang diberi nama dengan “Tabut”.



D. Membuktikan efektivitas produk fermentasi dari ekstrak makerel

D.1. Pada unggas

Tanaka et al. (1992, kandidat penulis ketiga) menemukan bahwa pemberian produk fermentasi dari ekstrak chub mackerel sebanyak 2% menurunkan lemak abdomen, trigliserida dan kolesterol daging paha tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar lemak hati dan serum. Selain itu, aktivitas enzim acetyl-CoA carboxylase dan fatty acid synthetase dalam hati tidak menurun. Namun, aktivitas Malic enzyme, citrate cleavage enzyme dan HMG-CoA reductase dalam hati menurun. Pemberian produk fermentasi ini juga menurunkan kadar lemak karkas. Penurunan aktivitas HMG-CoA reductase, yang merupakan enzim pembatas pada sintesis kolesterol, menurunkan kadar kolesterol bebas dalam serum, daging dan hati. Produk fermentasi ini diperoleh dengan cara memfermentasi ekstrak chub mackerel extracts dengan enzim proteolitik. Senyawa utama produk ini adalah peptide dengan 20-50 asam amino.

D.2. Pada Tikus

Kandidat menemukan bahawa produk fermentasi tersebut memperbaiki performans, dan mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida (Santoso et al., 2000a,d, 2001d). Kandidat menemukan bahwa produk ini menurunkan fatty acid synthesis dan cholesterogenesis pada tikus. Kejadian ini diikuti oleh turunnya kadar trigliserida, kolesterol, fosfolipid dan LDL-kolesterol dan naiknya kadar HDL-kolesterol. Peningkatan HDL-kolesterol yang diikuti dengan penurunan LDL-kolesterol menunjukkan pengaruh positif produk ini untuk mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah (atherosclerosis). Produk ini tidak berpengaruh terhadap kadar asam empedu kotoran.

Produk ini juga dapat menurunkan sintesis asam lemak pada tikus yang terkena kencing manis yang ditunjukkan turunnya aktivitas enzim acetyl-CoA carboxylase (Santoso et al., 2001b). Selanjutnya, produk ini meningkatkan aktivitas enzim cholesterol 7a-hydroxylase (suatu enzim pembatas pada sintesis asam empedu) dan tidak berpengaruh terhadap aktivitas HMG-CoA reductase. Jadi, produk ini meningkatkan pengeluaran kolesterol dari darah dengan tidak berpengaruh terhadap cholesterogenesis dalam hati. Produk ini tidak berpengaruh terhadap kadar trigliserida, kolesterol bebas dan fosfolipid dalam hati. Pemberian sebanyak 1% menurunkan trigliserida dalam serum. Produk ini meningkatkan HDL-kolesterol dan tidak menurunkan LDL+VLDL-kolesterol, dan menurunkan indeks aterogenik pada tikus yang menderita diabetes. Disimpulkan bahwa produk fermentasi ekstrak chub mackerel dapat menurunkan obesitas yang disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus, dan menurunkan resiko penyakit penyempitan pembuluh darah (atheroclerosis). Senyawa aktif dalam produk ini yang berperan adalah peptida.



E. Menggunakan Mikrobia Efektif untuk Menurunkan Akumulasi Lemak pada

Broiler.

E.1. Bacillus subtilis

Belum ada publikasi tentang pengaruh kultur Bacillus subtilis terhadap akumulasi lemak. Kandidat menemukan bahwa Bacillus subtilis menurunkan akumulasi lemak pada broiler (Santoso et al., 1995c, 2001c). Kandidat menemukan bahwa kultur ini menurunkan akumulasi lemak dengan cara menurunkan sintesis asam lemak di hati yang ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas enzim acetyl-CoA carboxylase activity.Aktivitas enzim fatty acid synthetase tidak menurun. Kadar trigliserida dalam hati menurun oleh pemberian 20 g kultur/kg ransum, sementara kadar trigliserida serum dan karkas menurun pada broiler yang diberi 10 atau 20 g/kg ransum (Santoso et al., 1995c). Kadar kolesterol karkas dan hati juga menurun. Turunnya kadar kolesterol dapat dijelaskan dengan turunnya aktivitas enzim HMG-CoA reductase (Youn et al., 1993a,b). Santoso et al. (2001c) menemukan bahwa kultur ini menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol dalam hati. Penurunan trigliserida ini disebabkan antara lain oleh turunnya aktivitas enzim acetyl-CoA carboxylase.

Sebagai tambahan, kultur ini juga memperbaiki berat badan dan efisiensi penggunaan ransum (Santoso et al., 1995c, 2001c) dan menurunkan produksi gas amonia dalam kotoran (Santoso et al., 1999, 2001c). Mekanisme yang mungkin turunnya gas ammonia juga diteliti (Santoso et al., 1999, 2001c).

E.2. EM4

Santoso dan Kurniati (2000) menemukan bahwa kotoran yang difermentasi oleh EM4 mengandung serat kasar dan protein rendah, tetapi tinggi kadar lemak, energi dan mineralnya. Pemberian produk ini sebesar 10% memperbaiki performans, mutu karkas, menurunkan angka kematian jika dibandingkan dengan kotoran tanpa fermentasi (Santoso et al., unpublished results). Daun ubi kayu yang difermentasi dengan EM4 juga menghasilkan perubahan yang sama (Santoso et al., unpublished results).

F. Membuktikan Efektivitas Metionin-Sistin untuk Menurunkan Akumulasi Lemak yang Disebabkan oleh Pemberian Ransum Rendah Protein.

Kandidat (penulis kedua) juga meneliti pengaruh suplementasi metionin + sistin ke ransum rendah protein (Bunchasak et al., 1997). Kami menemukan bahwa suplementasi metionin + sistin mencegah peningkatan deposisi lemak oleh ransum berprotein rendah. Penurunan ini disebabkan antara lain oleh rendahnya aktivitas enzim acetyl-CoA carboxylase dalam hati.


from:http://uripsantoso.wordpress.com/2008/04/08/penggunaan-tumbuhan-obat-pembatasan-pakan-mikrobia-efektif-dan-hasil-fermentasi-pada-ternak-monogastrik/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar